Berita Hawzah– Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad ‘alaihis salam, dalam Shahifah Sajjadiyah, bermunajat kepada Allah Ta‘ala dengan ungkapan yang menggugah hati dan menyadarkan manusia akan hakikat keselamatan dan kebinasaan hidup.
¹{وَ انْظُرْ إِلَیَّ وَ انْظُرْ لِی فِی جَمِیعِ أُمُورِی فَإِنَّکَ إِنْ وَکَلْتَنِی إِلَی نَفْسِی عَجَزْتُ عَنْهَا}
"Dan perhatikanlah aku dan bimbinglah aku dalam semua urusanku, karena jika Engkau membiarkanku mengandalkan diriku sendiri, pasti aku akan gagal."
Penjelasan:
Saat kehancuran manusia sesungguhnya adalah ketika ia terpisah, walau sekejap, dari Tuhannya. Karena berpisah dari Allah Swtberarti masuk ke barisan kebatilan, dan ujung dari kebatilan tidak lain adalah kehancuran. Setiap muslim, dalam shalat-shalat wajib hariannya, sebanyak sepuluh kali memohon kepada Allah dengan doa:«اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِیمَ», "Tunjukilah kami jalan yang lurus".² Ketika ayat ini kita sandingkan dengan ayat lain dalam Al-Qur’an, muncullah sebuah makna yang sangat menenangkan. Nabi Hud 'alaihissalam pernah berkata kepada kaum penyembah berhala:
³{إِنَّ رَبِّی عَلَیٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِیمٍ}
"Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus."
Dan ini berarti bahwa Shiratul Mustaqim (jalan yang lurus) adalah tempat kehadiran Allah; yakni jalan yang berada dalam ridha dan keridaan-Nya. Maka makna ayat «اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِیمَ» adalah: "Ya Allah, jadikan aku selalu bersama-Mu; jadikan aku senantiasa berputar di sekitar-Mu; biarlah keridhaan-Mu menjadi keridhaanku; kemurkaan-Mu menjadi kemurkaanku; kehendak-Mu menjadi kehendakku…"
Karena, sesaat saja terpisah dari-Mu berarti kelemahan dan ketidakberdayaan, dan pada akhirnya tiada yang akan kuperoleh selain kesesatan dan kebinasaan. Sebab, mungkinkah seseorang yang terpisah dari Allah dapat merasakan manisnya kebahagiaan?!. Karena itulah Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam berdoa kepada Allah Swt dengan ungkapan ini:
⁴{اَللَّهُمَّ ... اِسْتَعْمِلْنِی فِی طَاعَتِکَ}
"pekerjakanlah (sibukkanlah) aku dalam ketaatan kepada-Mu."
Artinya: "Ya Allah, arahkan seluruh urusanku agar berjalan di jalur keridaan-Mu; minatku, seleraku, pilihanku, tujuanku, dan jalan hidupku—semuanya Engkau bimbing sesuai dengan kehendak-Mu. Dan jangan Engkau serahkan satu pun dari semua itu kepada diriku sendiri".
Catatan Kaki:
1. Doa ke-22.
2. Surah Al-Fatihah, ayat 6.
3. Surah Hud, ayat 56.
4. Wasailus Syiah, jilid 11, halaman 383.
Catatan Penting: Ungkapan Imam Ja'far As-Shadiq ‘alaihissalam ini terdapat dalam sebuah doa yang dianjurkan untuk dibaca saat keluar dari rumah. Doa ini mengajarkan kita agar sejak langkah pertama, hidup kita berada di bawah arahan dan keridhaan Allah.
بِسْمِ اَللَّهِ تَوَکَّلْتُ عَلَی اَللَّهِ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ اَللَّهُمَّ إِنِّی أَسْأَلُکَ خَیْرَ مَا خَرَجْتُ لَهُ وَ أَعُوذُ بِکَ مِنْ شَرِّ مَا خَرَجْتُ لَهُ اَللَّهُمَّ أَوْسِعْ عَلَیَّ مِنْ فَضْلِکَ وَ أَتْمِمْ عَلَیَّ نِعْمَتَکَ وَ اِسْتَعْمِلْنِی فِی طَاعَتِکَ وَ اِجْعَلْ رَغْبَتِی فِیمَا عِنْدَکَ وَ تَوَفَّنِی عَلَی مِلَّتِکَ وَ مِلَّةِ رَسُولِکَ صَلَّی اَللَّهُ عَلَیْهِ وَ آلِهِ
"Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah."
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan dari tujuan keluarku ini, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan tujuan keluarku ini."
"Ya Allah, luaskanlah karunia-Mu kepadaku, sempurnakanlah nikmat-Mu atasku, dan pekerjakanlah (sibukkanlah) aku dalam ketaatan kepada-Mu."
"Dan jadikanlah keinginanku (fokusku) hanya pada apa yang ada di sisi-Mu, serta wafatkanlah aku di atas agama-Mu dan agama Rasul-Mu, semoga shalawat Allah tercurah kepadanya dan keluarganya."
Your Comment